Oleh: Edwin Partogi Pasaribu
(Mantan Pimpinan LPSK)
Masyarakat internasional menentang pendudukan Israel terhadap Palestina dalam wujud demonstrasi, penggalangan donasi, dan gerakan boikot, divestasi dan sanksi (BDS). Demonstrasi terjadi hampir di seluruh dunia. Donasi dari masyarakat internasional untuk Palestina mengalami kenaikan signifikan.
Gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS) terhadap Israel ialah gerakan yang bertujuan menekan Israel agar menghentikan pendudukan dan pelanggaran terhadap hak asasi manusia di Palestina. BDS menjadi strategi tekanan non-kekerasan yang ditujukan untuk memaksa perubahan melalui boikot ekonomi, akademis, dan budaya terhadap entitas yang mendukung pendudukan Israel. Gerakan ini terinspirasi oleh keberhasilan gerakan anti-apartheid di Afrika Selatan. Gerakan BDS berlangsung sejak 2005 kini makin menguat. Setidaknya Arab Saudi, Qatar, Indonesia, India dan Jerman menjadi 5 negara teratas yang penduduknya boikot produk terafiliasi Israel.
Pada aktifitas bisnis, misal, PGGM (dana pensiun Belanda) dan Danske Bank (bank terbesar Denmark) telah menarik investasi mereka dari bank-bank Israel. Begitu juga Deutsche Bank (bank terbesar Jerman) memang dikenal mengambil sikap etis terhadap perusahaan-perusahaan tertentu. Bentuk lain dari sanksi dan boikot juga ditunjukkan perusahaan Belanda Boskalis Westminster dan perusahaan Italia Condote de Agua, keduanya menarik tawaran membangun pelabuhan swasta di Ashdod dan Haifa.
Dunia pendidikan menunjukkan sikap serupa. ASA (American Studies Association) sejak Desember 2013 mendukung boikot lembaga akademis Israel. Langkah yang sama dilakukan MESA (Middle East Studies Association) pada Maret 2022.
Di wilayah budaya, sikap boikot ditunjukan band asal Jakarta, Reality Club mengundurkan diri dari Festival South by Southwest (SXSW) di Amerika Serikat (AS) yang digelar Maret lalu. Reality Club mundur usai mengetahui pihak yang terlibat genosida di Gaza terlibat mensponsori festival tersebut. Sikap yang sama pernah ditunjukkan beberapa musisi besar, seperti Stevie Wonder, Carlos Santana, dan Lauryn Hill. Selain itu, ada kampanye untuk memboikot festival film internasional yang didukung pemerintah Israel sebagai bentuk dukungan terhadap gerakan BDS.
Situasi krisis Gaza bahkan membuahkan dukungan baru eksistensi Palestina. Pada 28 Mei 2024, Irlandia, Norwegia, dan Spanyol menjadi negara terbaru yang mengakui Palestina sebagai negara. Dengan pengakuan ini, total ada 145 negara dari 193 negara anggota PBB yang mengakui Palestina. Selain itu, Tahta Suci Vatikan yang bukan anggota PBB juga mengakui Palestina.
Protes terhadap Israel juga ditunjukkan sejumlah negara dengan menarik duta besar mereka atau menangguhkan hubungan diplomatik dengan Israel. Negara-negara di wilayah Timur Tengah seperti Yordania, Bahrain dan Turki, memulangkan duta besar mereka. Aksi ini disusul oleh Chad dan beberapa negara di Amerika Latin, seperti Cile, Honduras, dan Kolombia. Langkah ini juga diikuti Bolivia dan Belize.
Jalan lain menekan Israel dilakukan Kanada, Italia, Jepang, Belgia dan Spanyol yang mengumumkan akan menghentikan penjualan senjata ke Israel. Sayangnya, keputusan-keputusan ini sepertinya tidak akan berdampak pada serangan di Gaza. Sebab lebih dari 95% impor senjata Israel berasal dari Amerika Serikat dan Jerman, yang jelas tidak memberikan tanda-tanda akan menghentikannya.***