Jakarta, KAHMINasional.com – Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Wamen LHK), Alue Dohong, mengajak semua pihak berperan aktif dalam mengatasi masalah lingkungan. Sebab, pemerintah tidak bisa bergerak sendirian mengingat kondisi geografis Indonesia sangat luas.
“Dengan rekam wilayah Indonesia yang begitu luas, 191 juta hektare, dengan kondisi geografis beragam, 17 ribu pulau, semua tidak mungkin mengandalkan insiatif pemerintah. Kita harus bisa bersama-sama, termasuk menangani dampak lingkungan,” ucapnya dalam seminar nasional “Pembangunan Lingkungan yang Terus Melaju untuk Indonesia Maju” di Jakarta, Rabu (30/8).
Dalam kegiatan yang diselenggarakan Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) itu, Alue menambahkan, banyak kemajuan yang dicatatkan di usia 78 tahun kemerdekaan Indonesia. Namun, tantangan ke depan kian kompleks sehingga butuh keterlibatan semua pihak dalam mengatasi problem yang ada, termasuk isu lingkungan.
“Baru-baru ini Sekjen PBB (Eurico Guterres) menyampaikan, kita bukan global warming, pemanasan global, tetapi global boiling, pendidihan global,” katanya. “(Global boiling) akibat kegagalan mitigasi perubahan iklim, bencana alam, hilangnya keberagaman hayati.”
Alue pun sependapat dengan Koordinator Presidium Majelis Nasional Korps Alumni HMI-Wati (MN FORHATI), Cut Emma Mutia Ratna Dewi, bahwa perempuan merupakan aktor terdepan yang kritis dengan isu lingkungan.
Sebelumnya, dalam kesempatan sama, Cut Emma, menyampaikan, perempuan merupakan aktor terdepan menjaga lingkungan. Dicontohkannya dengan seorang ibu yang takkan ke luar rumah ketika tempat tinggalnya masih kotor.
“Kenapa ibu-ibu itu enggak mau tinggali rumah sebelum bersih? Karena bapaknya suka bikin kotoran. Makanya, Bumi secara filosofis disebut sebagai mother earth, bukan father earth, karena kuncinya ada di ibu-ibu,” tuturnya.
Lebih jauh, Alue menerangkan, pemerintah telah merancang desain besar dalam mengatasi persoalan lingkungan. Misalnya, pengelolaan sampah nasional mengedepankan konsep ekonomi sirkular.
“Sampahnya dikelola lagi sehingga menjadi sumber ekonomi baru. Salah satu contoh melalui program bank sampah,” ujarnya.
Ia pun mengajak KAHMI dan FORHATI terlibat dalam pengelolaan bank sampah. Apalagi, manajemennya tidak rumit dan menguntungkan secara ekonomi.
“Karena orang bisa antar sampah, ditimbang, dan ditabung dalm bentuk uang. Itu mejadi sumber daya baru,” jelas eks Deputi Bidang Konstruksi, Operasi, dan Pemeliharaan Badan Restorasi Gambut (BRG) ini.