Oleh Fathorrahman Fadli, Finance Director PT Insan Cita Mandiri Sejahtera
Era digital menuntut setiap orang berpikir cerdas. Sebab era digital ditandai dengan kecepatan, akurasi, dan realtime. Dalam konteks itu, maka setiap produk digital hanya orang-orang cerdas dan berpikir jauh ke masa depan yang bisa menangkap secara utuh keberadaannya. Bagi mereka yang pikirannya pendek, malas, jumud, tidak suka membaca, miopia, lambat, old fashion, instan, politis, intrik, suka menyebar aura negatif kehadirannya akan dipandang dengan mata yang picik.
Dunia sudah berubah dengan sangat cepat, yang bergerak lambat akan dilipat oleh perubahan itu sendiri. Tidak bisa lagi kita menyalahkan orang lain ketika perubahan itu tidak lagi bersahabat dengan diri Anda. Perubahan membutuhkan kemampuan adaptasi yang unik. Jika keunikan itu tidak Anda miliki, maka perubahan itu tidak pernah akan bersahabat dengan diri Anda. Adaptasi itu bukan menjadi bunglon, tetapi sebuah kemampuan untuk melihat masa depan dengan prinsip-prinsip yang menjunjung tinggi kehormatan diri sebagai manusia.
Dunia bisnis nyaris seluruhnya akan terus memasuki era digital. Manusia-manusia klasik dan berbagai jenisnya akan terus terkubur dalam museum-museum tua yang membutuhkan perawatan yang mahal. Manusia-manusia old fashion ini sudah tidak laku lagi dalam pasar bisnis yang realtime seperti saat ini dan mendatang.
Cara-cara bisnis yang old fashion, culas, menguntungkan sepihak (penjual), terlalu tamak, mengurangi takaran, kualitas barang jelek, lambat, layanan yang buruk, harga yang tidak kompetitif, pengiriman lambat, birokratis alias tidak simpel akan menjadi fakta-fakta sejarah yang ditinggalkan.
Eksponensialitas K-Pay
K-Pay, kehadirannya didahului oleh ide-ide dan pikiran-pikiran cerdas di tengah keprihatinan melihat kondisi yang membelitnya. Oleh karena itu, keberadaannya harus dikawal dengan pikiran-pikiran dan cara-cara serta tata kelola manajerial yang cerdas pula. Gaya old fashion jelas tidak akan cocok dalam menyemai dan mengawal pertumbuhannya.
K-Pay sebagai model sekaligus proses bisnis memiliki gejala eksponensialitas yang luar biasa. Ia bisa bergerak cepat melebihi apa yang diprediksikan. Ia bisa tumbuh melesat secara unpredictable, tetapi juga punya potensi menciut seperti kue basah murah yang dijual di pasar tradisional karena kehujanan dan kepanasan. Mengapa? Karena K-Pay lahir di dalam ruang politik yang pekat.
Ruang politik tidak bisa dihindari, tetapi mesti adalah langkah yang tegas untuk membatasi ruang politik agar ruang bisnisnya menjadi tumbuh secara sehat. Ruang politik dalam derajat tertentu akan digunakan untuk mendorong pertumbuhan ruang bisnis dan ekonominya.
Kapan K-Pay melesat secara eksponensial? Lalu, kapan K-Pay itu menciut bak kue pasar tradisional? K-Pay akan melesat cepat jika dan hanya jika (if and only if) seluruh warga HMI dan KAHMI berikut keluarga mereka memiliki rasa nasionalisme yang tinggi. Apa yang dimaksud nasionalisme itu? Yaitu, kecerdasan tradisional untuk membela produk-produk bangsanya sendiri agar uang yang mereka belanjakan hanya akan berputar di lingkungan anak-anak bangsa kita sendiri.
Jiwanya, batinnya, keberpihakannya, sikap-sikapnya, pola pikirannya, tindak-tanduknya selalu diletakkan pada prinsip kemanfaatan bagi bangsanya sendiri. Bukan bersikap bodoh, dungu, menuruti lifestyle yang diciptakan oleh bangsa lain yang hanya ingin menjoroki mereka sebagai objek ekonomi, menjadi pasar besar yang bodoh.
K-Pay membutuhkan jiwa yang berpihak pada kepentingan umat dan bangsa. Sebagai produk anak-anak bangsa, maka ia harus menjadi prioritas untuk didukung, dibenahi, dibantu, disemai pertumbuhannya agar kehadirannya dapat mendorong lahirnya kemampuan eksponensial.
Kemampuan eksponensial itu adalah kuadrat pertumbuhan yang melesat dan sulit dicegah. Ia ibarat gugusan atom yang mampu membangun kesadaran umat dan bangsa akan pentingnya kemandirian ekonomi. Jika kemandirian ekonomi ini tumbuh di kalangan rumah tangga-rumah tangga umat, maka kemandirian ekonomi akan bergerak secara mekanis sekaligus hasilnya akan sangat dramatis. Mencengangkan, apa pun produknya.
Kesadaran membeli produk-produk sendiri dan kesediaan untuk melakukan inovasi adalah awal dari kemandirian ekonomi umat dan bangsa. Oleh karena itu, kita tidak bisa lagi mengeluh akan ketertinggalan tanpa usaha yang terencana dan berkesinambungan untuk mengubah nasib ekonomi umat yang masih terpuruk. Tetaplah optimis.