Kahminasional.com, Metro – Para pemimpin, termasuk camat dan lurah, diharapkan menjaga integritas (integrity) dalam menjalankan tugasnya. Ini menjadi salah satu nilai paling vital daripada inteligensia dan kerja keras (energy).
Demikian disampaikan Direktur Diklat LMPN Jakarta, Manimbang Kahariady, saat menjadi pemateri dalam “Sosialisasi Penguatan Kapasitas Aparatur Kecamatan dan Kelurahan” di Rumah Dinas Wali Kota Metro, Lampung, pada Kamis (14/4).
“Moral pokok yang meletakkan atas segalanya adalah integritas,” ujarnya. “Integrity tidak boleh lenyap, tidak boleh hilang dalam kondisi dan situasi apa pun.”
Sekretaris Jenderal Majelis Nasional KAHMI ini menambahkan, integritas akan menjadi motivasi dalam bekerja. Pangkalnya, seseorang dengan integritas tinggi akan memiliki orientasi prestasi.
Dirinya lalu menceritakan dengan kasus di sebuah korporasi. Perusahaan tersebut memiliki pegawai yang pekerja keras, tetapi pekerjaan yang dihasilkan tidak sebanding.
Manajemen lantas memanggil psikolog untuk mengetahui akar persoalan. “Dibongkar mainset-nya sehingga diketahui penyakit dia tidak jelas bekerja untuk apa,” katanya.
“[Pegawai] bekerja hanya untuk bekerja, bukan untuk peningkatan, bukan untuk kapasitas, bukan untuk kinerja/performa yang berbasiskan empat dimensi pokok,” imbuh dia.
Lebih jauh, Manimbang memaparkan, kinerja pemerintahan bak pesawat yang hendak lepas landas (take off) dan akan menempuh perjalan jauh. Agar dapat fokus mencapai tujuan yang dicanangkan, maka perlu pendekatan MANTAP.
“M-nya itu memahami posisi di mana kita berada. Kita berada di kepercayaan publik, maka memberikan pelayanan kepada rakyat. Pahami itu,” ucapnya.
Berikutnya, A atau arah (tujuan) jelas. Menurut mantan Menpan RB, Ryaas Rasyid, terangnya, fungsi pemerintahan adalah pembangunan dan pemberdayaan untuk kesejahteraan rakyar serta memberikan pelayanan berkeadilan agar masyarakat kian berdaya.
“Maka, semakin bagus pemerintahan, semakin sedikit memerintah karena rakyat sudah memiliki power,” jelasnya.
Lalu, N alias niat (tekad) menghargai waktu. Kemudian, T atau tanggap terhadap perkembangan kondisi dan situasi.
“Ingat, kita berada pada era milenial berbasiskan pada digital. Semua quick respons. Semua butuh inovasi, kolaborasi, transparansi, akuntabilitas,” tuturnya.
Setelahnya, A alias antisipasi pengamanan diri. Terakhir, P yakni peningkatan kualitas pimpinan.
Manimbang mengatakan, kepemimpinan harus selalu ditingkatkan. Apalagi, paradigma kepemimpinan telah bergeser, dari memberi instruksi menjadi berdiri sejajar, pandai membaca potensi anak buah, dan mengarahkannya guna mencapai tujuan pemerintahan.
Secara keseluruhan, terang Manimbang, formulasi MANTAP selaras dengan informasi yang disampaikan pramugari saat pesawat hendak lepas landas.
“Selamat datang di pesawat Garuda. Kita akan terbang menuju Lampung. Terbang ke Lampung akan ditempuh dalam waktu 34 menit, kira-kira terbang 32.000 kaki di ata permukaan laut. Cuaca perjalanan sedikit berawan. Mungkin kita akan mengalami guncangan-guncangan kecil hingga sedang, tergantung arah dan kecepatan angin. Silakan mengencangkan sabuk pengaman, menegakkan sandaran kursi, melipat meja di depan, membuka penutup jendela. Pemimpin penerbangan ini adalah Kapten Manimbang Kahariady,” urainya.
“Selamat datang di pesawat Garuda itu menjelaskan posisi kita di mana. Kalau kita memandang rendah diri kita, enggak ada semangat, enggak ada gairah bekerja. Kalau kita memandang diri kita berbasiskan rasa syukur, maka kita akan diberikan kekuatan oleh Allah,” imbuhnya.