Kahminasional.com, Jakarta- Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Moh. Mahfud MD menegaskan bahwa puasa adalah untuk membangun empati dan kesetaraan.
Hal ini diungkapkan Mahfud MD sapaannya, saat mengisi ceramah sebelum Shalat Tarawih di Masjid Istiqlal Jakarta, Selasa (5/4/2022).
Menurut Mahfud MD, semua manusia punya harga diri. Punya harkat dan martabat yang sama.
Oleh sebab itu, sipapun tidak dibenarkan jika memandang orang lain lebih rendah dari dirinya.
Bagi Mahfud MD, menganggap orang lain lebih rendah adalah tindakan jahiliyah.
“Berpuasa itu membangun empati dan kesetaraan. Empati itu apa? ikut merasakan kesedihan orang. Kalau orang lapar itu rasanya seperti ini, kalau orang kedudukannya lebih rendah rasanya seperti ini,” ujar Mahfud MD dalam keterangan tertulisnya..
Dalam kesempatan ini, Mahfud MD mengurai kisah seorang sahabat Nabi Muhammad bernama Abu Dzar al-Ghifari.
Abu Dzar al-Ghifari pernah ditegur oleh Nabi Muhammad karena memaki budak atau pembantunya secara berlebihan.
“Kalau kamu punya pembantu, punya karyawan, perlakukan dia dengan baik. Berilah pakaian seperti yang kamu pakai, berilah makanan seperti yang kamu makan. Bantulah dia kalau bekerja, karena sebenarnya dia itu membantumu, pekerjaan pokoknya itu ada padamu,” tambah Mahfud MD menirukan kata-kata Nabi Muhammad pada Abu Dzar al-Ghifari.
Akhirnya Abu Dzar al-Ghifari mengikuti nasehat Nabi Muhammad.
Suatu hari di depan para sahabat yang lain, ia memakai baju, sandal dan sepatu yang sama kualitasnya dengan para pembantunya.
Akhirnya para sahabat lainnya bertanya kepada Abu Dzar al-Ghifari, kenapa pakaiannya sama dengan pembantunya.
“Saya pernah ditegur oleh nabi (Muhammad) karena saya memarahi budak dengan kata-kata; kamu ini bodoh, pemalas sama dengan ibumu, dasar budak!,” kisah Mahfud MD, menirukan kata-kata Abu Dzar al-Ghifari.
Mahfud MD mengajak para jamaah memperkuat semangat menghargai orang lain.
Sikap itu sebagai bagian dari semangat kemerdekaan.
Semangat yang ngin membangun kesetaraan dan keadilan, bukan kesewenang-wenangan.
“Di dalam bulan puasa ini, mari kita bangun ketakwaan kita itu dengan membangun empati, ” ujar Mahfud MD yang juga alumni Pondok Pesantren Al-Mardiyah, Pamekasan ini