Oleh Iqbal Setyarso, alumnus HMI Cabang Palu dan alumnus FISIP Universitas Tadulako 1992, Pembina Indonesia Care
Ada kata-kata asing buat telinga orang luar Kota Palu: Taiganja. Kata yang mengandung “ganja” ini dan sama sekali tidak ada kaitan dengan ganja, apalagi beranggapan dengan kata sebelumnya–maaf–”tai”. Sama sekali tidak berhubungan dengan proses apa pun, apalagi ada kaitan dengan “mendaur ulang” ganja. Itu hanya istilah dari bahasa Kaili–etnik asli yang berdiam di Palu dan sekitarnya–yang artinya liontin emas dan pusaka sangat berharga, yang menunjukkan status sosial keluarga Kaili. Pusaka ini sering digunakan sebagai mahar pernikahan dan sebagai benda sakral dalam upacara tradisional.
Menurut iWareBatik–sebuah situs tentang karya batik Indonesia yang dibuat mahasiswa Indonesia di Swiss–Taiganja menggambarkan rahim seorang wanita, yang oleh masyarakat Kaili, dipercaya sebagai awal kehidupan manusia. Motif ini mewakili kesuburan dan menggambarkan perasaan cinta dan ketulusan hati.
Sumber-sumber resmi menjelaskan, taiganja juga ornamen logam mulia yang ditemukan di Sulawesi Tengah, khususnya di Kabupaten Sigi, digunakan sebagai perhiasan untuk meningkatkan status pemakainya. Bentuk inti taiganja adalah kehormatan. Mirip dengan benda-benda berbentuk omega lainnya yang ditemukan di Nusantara, taiganja memiliki inti atau tubuh dengan lubang melingkar khas di tengah dan celah yang membentang dari tengah lubang, melalui bagian bawah benda. Bentuk inti ini dikelilingi dengan hiasan pola keriting dan bercabang yang rumit, mengapit inti di sisinya untuk menciptakan bentuk simetris.
Heritage unik ini pemperkaya khazanah budaya Nusantara bermakna sosiologis. Taiganja ini hampir punah, maka dijadikan sebagai motif batik khas di daerah ini. KAHMI yang konsisten berdiri di atas keislaman, kebangsaan, dan keindonesiaan berkewajiban melestarikannya, yang diwujudkan dalam logo Munas XI KAHMI. Inilah langkah konkret KAHMI untuk merawat keindonesiaan.
Digagasnya logo taiganja ini dan menempatkannya di dalam munas dengan argumentasi: munas adalah bagian dari kehormatan organisasi yang dibangun atas dasar cinta dan ketulusan hati para menerima tamu-tamu yang akan datang pada Munas XI KAHMI.
Pelestarian
Menguat semangat pelestarian budaya pada logo Munas XI KAHMI itu. Narasi itu menunjukkan pada masyarakat Indonesia (dan dunia) sebuah kreasi budaya yang diangkat dari khazanah budaya lama, seperti dinyatakan bahwa logo itu dimunculkan dari karya budaya yang sudah langka. Masyarakat asli Kaili sendiri sudah lama tidak melihatnya, apalagi warga Kaili modern dan umumnya warga Sulawesi Tengah.
Bertolak dari logo itu, yang diaplikasikan pada sejumlah merchandise terkait munas, menstimulus berbagai produk ikutannya. Inspirasi logo itu merangsang karya cipta dan karya budaya bernuansa Palu dan Sulawesi Tengah. Logo adalah stimulan kreasi. Logo itu trigger karya cipta, pemicu produktivitas bahkan pemantik gagasan. Sebagaimana proses karya budaya yang dimuncul dengan kesungguhan, begitu pula daya cipta yang dihasilkannya. Ia menstimulus ragam karya seni lainnya, yang pada gilirannya mendorong produktivitas seni kriya lainnya.
Batik taiganja insyaallah akan menasional bahkan mendunia dan menjadi cendera mata khas Sulawesi Tengah. Turunan produk taiganja insyaallah akan bermunculan. Kader-kader kreator seni, lapisan entrepreneur yang banyak di kalangan kader HMI insyaallah takkan mendiamkan begitu saja logo Munas XI KAHMI. Mereka akan bergegas, berlomba berkarya seni sebagaimana moto HMI, yakin usaha sampai!
Launching logo Munas KAHMI itu dirangkaikan dengan Jalan Sehat Nasional KAHMI di Pantai Maju, Pantai Indah Kapuk (PIK), Jakarta Utara, 26 Maret 2022. Aktivitas itu Road to Munas KAHMI XI, yang akan diselenggarakan di Palu, Sulawesi Tengah, pada November 2022.