Oleh Maman Supriatman, Ketua Dewan Penasihat MD KAHMI Kota Cirebon
Kisah Dzulqarnain dan Yakjuj-Makjuj, yang diceritakan dalam Al-Qur’an Surat Al-Kahfi ribuan tahun yang lalu, ternyata berulang.
Qarn bisa berarti tanduk atau masa. Qarnain berarti dua tanduk atau dua masa. Dzulqarnain berarti yang memiliki dua tanduk atau dua masa.
Perspektif eskatologi Islam tentang perang Ukrania telah membuka tabir rahasia Dzulqarnain dan Yakjuj-Makjuj, yaitu pengulangan kisahnya pada dua masa yang berbeda. Masa pertama sudah terjadi ribuan tahun lalu. Masa kedua baru saja dimulai lewat perang Ukrania.
Konsekuensi dari penafsiran ini, perang Ukrania adalah perang antara Yakjuj-Makjuj, sang penindas, versus Dzulqarnain, sang pembela kaum tertindas.
Itu sebabnya, Al-Qur’an bukan hanya sudah mengantisipasi terjadinya perang ini, tetapi juga telah menyatakan siapa pemenangnya.
Al-Qur’an berbicara tentang subjek ini bukan hanya dalam Surat Al-Kahfi, tetapi juga dalam Surat Ar-Rum, Surat Ar-Rahman, Surat Bani Israil, juga dalam Surat Al-Maidah, bahkan asal-usulnya sudah diisyaratkan sejak Surat Al-Baqarah. Selain itu, juga dinyatakan dalam sejumlah hadis.
Agar bisa mengenali realitas dunia sesungguhnya, Anda harus memiliki metodologi membaca dan mempelajari Al-Qur’an yang tepat sehingga bisa membangun sistem makna yang bukan hanya menghubungkan antarsurat dan ayat dalam Al-Qur’an serta antara Al-Qur’an dan hadis, tetapi juga dengan dan antartitik peristiwa dalam pergerakan sejarah.
Tanpa metodologi itu, Anda akan terus berputar-putar pada ranah atau narasi sejarah yang acak dan tidak akan pernah paham pergerakan sejarah yang teleologis.
Inilah yang disebut epistemologi Majma’ Al-Bahrain, di mana bertemu dua samudra pengetahuan, yaitu pengetahuan yang bersumber dari eksternal-rasional dan yang bersumber dari internal-intuitif, seperti diajarkan dalam kisah pembelajaran Nabi Khidr as kepada Nabi Musa as.
Sangat jelas pesan yang terkandung dalam tiga peristiwa pembelajaran Nabi Khidr as itu (perahu yang dilubangi, pemuda yang dibunuh, dan gubuk tua yang diperbaiki), bahwa pengetahuan intuitif yang diajarkan Nabi Khidr as telah membingungkan dan menjungkirbalikkan rasionalitas Nabi Musa as.
Kisah Nabi Khidr as dan Nabi Musa as itu diabadikan dalam Al-Qur’an untuk mengajarkan bahwa pergerakan sejarah bersifat teleologis (mengarah kepada titik tujuan tertentu) sehingga tidak bisa menghindar dari garis waktunya.
Seharusnya tidak sulit untuk menerima kebenaran, apabila sejarah pasti akan berakhir, maka akan ada rangkaian peristiwa penting yang mendahului berakhirnya sejarah.
Dzulqarnain dan Yakjuj-Makjuj adalah salah satu tanda zaman dan bagian dari rangkaian sejarah yang disebutkan secara eksplisit dalam Al-Qur’an dan hadis. Jika penafsiran tentang Dzulqarnain dan Yakjuj-Makjuj dalam pergerakan sejarah ini salah, silakan Anda maju dan berikan koreksi.
Namun, apabila benar dan Anda masih belum bisa melihat realitas sesungguhnya sehingga tidak bisa mengenali siapa penindas dan siapa pembela kaum tertindas dalam perang ini, maka sudah saatnya Anda bangun.
Jika perang besar di Ukrania saat ini adalah bagian dari peristiwa penting sebelum sejarah berakhir dan jika Al-Qur’an menjelaskan segala sesuatu (ada 10 ayat yang menandai “Al-Qur’an menjelaskan segala sesuatu”), maka bagaimana Anda menjelaskan kepemimpinan Rusia dalam perang Ukrania berdasarkan Al-Qur’an?
Refleksi dan Implikasi
Visi kenegarawanan para founding fathers Republik kita sangat inspiratif dalam mengantisipasi pengambilan keputusan yang tepat untuk menghadapi krisis global saat ini.
“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.” (alinea pertama Pembukaan UUD 1945).
Tujuan luhur berdirinya negara ini adalah untuk menjunjung tinggi prinsip keadilan universal karena “keadilan adalah hukum dasar kosmos” (Nurcholish Madjid, 1994). Oleh karena itu, “fungsi utama belajar sejarah antara lain untuk menyudahi pertanyaan who am I dalam tatanan kehidupan semesta” (Ridwan Saidi, 2022).
Karena itu tidak bisa lain, pemihakan kita harus diletakkan dalam rangka menjunjung tinggi hati nurani dan nilai-nilai kemanusiaan universal. Jika tidak, pasti akan berhadapan dengan dialektika hukum universal tentang keseimbangan dan keseimbangan-kembali dalam tatanan universal sang Pemilik Semesta.
Tidak ada yang bisa menghindar dari hukum universal. Karena itu, sudah saatnya kita fokus mengenali hakikat krisis global ini sebagai krisis eksistensi kemanusiaan itu sendiri dan bagaiamana mengantisipasi dampaknya terhadap seluruh aspek kehidupan global.
Dampak langsung yang akan segera kita hadapi adalah melambungnya harga migas di pasar dunia, yang pasti akan diikuti kenaikan harga kebutuhan pokok. Berikutnya, adalah krisis lingkungan, krisis air bersih dan pangan, krisis energi, dan krisis kelangsungan hidup.
Kini saatnya bagi kita untuk lebih bersungguh-sungguh dalam merumuskan kembali skala prioritas pengerahan dan manajemen sumber daya yang kita miliki guna mengantisipasi perubahan tatanan global yang sudah di depan mata.