Kahminasional.com, Jakarta – Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) Bambang Soesatyo mendorong Pemuda Asia-Afrika berkiprah di kancah internasional, khususnya di kawasan Asia-Afrika.
Hal itu ia sampaikan saat melantik Pengurus Organisasi Pemuda Asia-Afrika di Jakarta, Jumat (11/3/2022)
Menurutnya, peran itu terasa semakin bermakna strategis di tengah derasnya arus globalisasi dan kompleksnya dinamika zaman.
Peran penting Pemuda Asia Afrika tersebut dapat dimanifestasikan dalam beberapa dimensi.
Dimensi tersebut antara lain; stabilitas politik dan keamanan, penyelesaian krisis kemanusiaan, dan pengurangan angka kemiskinan serta pengangguran.
Selain itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat serta kemakmuran masyarakat di Asia Afrika.
“Kiranya dapat dibangun sinergi Pemuda Asia Afrika dengan berbagai pemangku kepentingan untuk mewujudkan prinsip Dasa Sila Bandung,” ujar Bamsoet sapaan akrab Ketua MPR itu dalam Keterangan tertulis yang diterima Kahminasional.com.
Dasa Sila Bandung merupakan legasi yang diwariskan oleh momentum sejarah Konferensi Asia Afrika Bandung tahun 1955.
Spirit Dasa Sila Bandung harus terus menjiwai semangat juang segenap pemuda Asia Afrika dalam mewujudkan keadilan sosial, kesetaraan, dan perdamaian abadi.
Dalam acara pelantikan itu, hadir antara lain Direktur Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia Yusron B. Ambary, Presiden Organisasi Pemuda Asia Asia-Afrika Respiratori Saddam AlJihad beserta sejumlah duta besar negara sahabat.
Bamsoet menuturkan, Dasa Sila Bandung pada prinsipnya meletakkan dasar-dasar norma internasional.
Norma internasional yang mengamanatkan adanya penghormatan terhadap hak-hak dasar manusia, penghormatan terhadap kedaulatan dan integritas teritorial.
Serta pengakuan terhadap kesetaraan antar bangsa, menjauhi intervensi terhadap persoalan domestik suatu negara serta penghormatan terhadap hak untuk mempertahankan diri.
Selain itu, menghindari penyalahgunaan peraturan-peraturan dari pertahanan kolektif, menentang adanya agresi dan pelanggaran terhadap integritas wilayah dan kemerdekaan politik.
Serta mengedepankan jalan damai dalam setiap perselisihan internasional, memajukan kepentingan bersama dan kerjasama serta menghormati hukum dan kewajiban–kewajiban internasional.
“Ada dua hal yang perlu diingat dari Dasa Sila Bandung. Pertama, bahwa Konferensi Asia-Afrika di Bandung dihadiri oleh 29 pemimpin dari Asia-Afrika Afrika, yang merupakan representasi dari separuh penduduk dunia. Kedua, bahwa muatan materi Dasa Sila Bandung adalah nilai-nilai universal yang berlaku bagi setiap bangsa yang selaras dengan nilai-nilai universal yang dijunjung tinggi oleh Persatuan Bangsa-Bangsa,” urai Bamsoet.
Bamsoet menjelaskan, tanpa mengesampingkan berbagai pencapaian yang telah diraih oleh bangsa-bangsa di Asia- Afrika, dunia masih dihadapkan pada beberapa fakta miris.
Berdasarkan laporan tahunan yang disusun tiga badan PBB, yakni Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Program Pangan Dunia (WFP), dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Ketiga Badan PBB itu mencatat. Pada tahun 2021, dari 768 juta orang yang kekurangan gizi di seluruh dunia, 418 juta berada di Asia, dan 282 juta di Afrika.
Predikat sebagai negara-negara miskin dengan tingkat pendidikan rendah juga didominasi oleh negara-negara Asia dan Afrika.
“Kondisi ini semakin diperburuk dengan hadirnya pandemi Covid-19. Pertumbuhan ekonomi global merosot tajam. Resesi akibat Covid-19 ini merupakan yang terburuk dalam sejarah,” tandas Bamsoet.
Bamsoet menambahkan, saat ini pun masih ada ketimpangan akses antara negara maju dan negara berkembang dalam mendapatkan pasokan vaksin.
Kesenjangan yang mencolok itu tergambar nyata. Dari sekitar 5,7 miliar dosis vaksin yang terdistribusi secara global sejauh ini, hanya sekitar 2 persen yang disalurkan ke Afrika.
Hingga bulan September 2021, jumlah warga di benua Afrika yang telah mendapatkan vaksinasi kurang dari 3,5 persen.
Ini adalah sebuah angka yang kontras jika dibandingkan dengan negara-negara maju yang lebih dari 80 persen populasinya telah divaksinasi.
“Karenanya, dibutuhkan semangat kebersamaan dan determinasi tinggi dari Organisasi Pemuda Asia Afrika agar mampu berkontribusi dan menjadi bagian dari solusi atas
berbagai persoalan tersebut,” pungkas Bamsoet.