Kahminasional.com, Makassar – Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI), Jusuf Kalla, merespons rencana Polri memetakan masjid guna memitigasi penyebaran paham terorisme.
Menurut mantan Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI ini, tidak ada paham ekstrem yang pernah mengacau negara melalui masjid.
“Tidak ada yang pernah mengacau negara itu lewat masjid. Tak pernah ada dibaiat di masjid,” katanya di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, pada Jumat (28/1).
Badan Intelijen dan Keamanan (Baintelkam) Polri berencana memetakan masjid di Indonesia untuk mencegah penyebaran paham terorisme.
Direktur Keamanan Negara Baintelkam Polri, Brigjen Umar Effendi, menyatakan demikian lantaran ada masjid yang cenderung “keras”. Namun, tidak memerincinya.
Dia berdalih, penyebaran ajaran terorisme sekarang dilakukan dengan berbagai cara. Paling marak lewat media sosial (medsos).
Isinya, sebut Umar, berupa ujaran kebencian dan mengangkat isu kegagalan program pemerintah.
JK mengakui, ada sejumlah ustaz atau penceramah yang menyampaikan amar makruf nahi mungkar di masjid dengan cara mengkritik pemerintah.
Namun, Ketua Dewan Etik Majelis Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (MN KAHMI) ini menilai, itu sebatas kritik.
“Kalau ada yang mengkritik, itu saya yakin, sifatnya untuk amar makruf nahi mungkar bukan dalam rangka meruntuhkan negara,” tegasnya.
Meski demikian, JK mempersilakan aparat menangkap pihak-pihak yang ingin mengacaukan negara melalui masjid.
“Silakan ditangkap, tapi tidak secara umum masjid begitu,” ucap politikus Partai Golkar ini.
JK berpandangan, aksi radikalisme justru cenderung berasal dari rumah kontrakan. Misalnya, merakit bom hingga membangun kelompok dan jaringan.
“Kalau masalahnya begitu, periksa semua rumah-rumah kontrakan,” tandasnya.