Oleh Fathorrahman Fadli, Finance Director PT Insan Cita Mandiri Sejahtera
Mohandas Karamchad Mahatma Gandhi mengajari dunia tentang arti pentingnya kemandirian bangsa India. Oleh karena itu, dia ditulis sejarah sebagai Bapak Bangsa India atau The Father’s of India. Padahal, Gandhi tidak perlu menjadi seorang presiden orang India. Namun, namanya harum semerbak dikenang orang. Tidak saja oleh orang India, tetapi juga dalam sejarah besar pergerakan dunia.
Gandhi melawan keadaan bangsanya yang kikuk oleh perihnya ketidakadilan, kemiskinan yang menganga akibat penjajahan Inggris yang menindas bangsanya. Gandhi dikenal sebagai sosok yang sangat mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan tanpa kekerasan tatkala melawan Inggris di abad ke-20.
Lelaki berkepala plontos itu memperkenalkan empat ajaran pokok yang digunakannya dalam melawan Inggris. Apakah itu?
Gandhi mengenalkan “ahimsa” yang dapat dimaknai sebagai tidak membahayakan orang lain. Ahimsa merupakan salah satu prinsip religius ajaran agama Buddha, Hindu, serta Jainisme (salah satu aliran keagamaan di India Barat). Mahatma Gandhi tidak hanya menggunakan ahimsa dalam perlawanannya terhadap pemerintahan kolonial, tetapi juga dalam lingkup kejahatan sosial.
Gandhi juga mengajari kita tentang pentingnya mencintai diri sendiri dengan gerakan “swadesi-nya”. Dia mengajak orang India mencintai negaranya sendiri. Dengan mencintai diri sendiri dan masa depan negaranya, maka India menemukan dirinya menjadi bangsa yang bebas merdeka. Selaku pejuang HAM, Gandhi percaya betul jika swadesi merupakan kunci kemerdekaan India.
Gandhi juga mengajari India tentang pentingnya “hartal” atau mogok sosial. Mereka berhenti bekerja dengan cara menutup toko-toko sebagai bentuk perlawanan sosial terhadap penjajahan Inggris waktu itu. Semangat mogok sosial ini sebenarnya bisa ditransformasikan kepada para kader HMI agar tidak lagi menjadi penyokong kapitalisme yang menjajah dengan sadis di negeri ini.
K-Pay sebagai Rintisan
Gandhi memang bukan kader HMI. Namun, prinsip-prinsip dan ajarannya sangatlah relevan untuk dihidupkan kembali. Selama ini, bangsa Indonesia tidak memiliki ikatan yang kuat atas nasib bangsanya sendiri. Oleh karena itu, gerakan hartal relevan digerakkan untuk memperbaiki keadaan.
Kader HMI sebagai kumpulan masyarakat intelektual sudah selayaknya melakukan perlawanan sistematis terhadap penjajahan ekonomi asing yang berakar kuat di negeri ini. Tidak bisa kita terus-menerus menjadi konsumen yang dininabobokkan oleh kekuatan ekonomi lain sehingga kita berada dalam posisi dimanfaatkan dan dihisap. Kita harus berubah menjadi subjek ekonomi yang menentukan nasib bangsa.
KAHMI sebagai tempat bernaung para alumni HMI sudah bertekad untuk menjadikan KAHMI Payment (K-Pay) sebagai suatu rintisan ekonomi baru yang bergerak di bidang bisnis digital. Perkembangan informasi dan teknologi digital harus kita manfaatkan untuk mengabdi pada pemberdayaan kader dan organisasi sekaligus, simultan dan berkesinambungan. Oleh karena itu, sukses atau gagalnya usaha itu sangatlah tergantung kepada seluruh warga KAHMI di seluruh Tanah Air.
Keberhasilan K-Pay sebagai suatu rintisan ekonomi KAHMI adalah sumbangsih KAHMI untuk umat dan bangsa. Ke depan, kita tidak perlu lagi susah-susah membeli pulsa handphone di tempat lain, beli tiket pesawat di tempat lain, beli topup token listrik rumah kita kepada orang lain.
Kita juga bisa topup tiket jalan tol pada K-Pay, bayar PDAM, hingga bayar hotel. Banyak kelebihan dan keuntungan jika kita belanja via K-Pay. Pertama, menggerakkan ekonomi kita sendiri. Kedua, keuntungan bisa lebih hemat karena setiap kita belanja ke K-Pay, maka pembeli akan mendapatkan cashback pada setiap transaksi berjalan. Ketiga, seluruh keuntungan yang diperoleh akan sepenuhnya menjadi milik organisasi KAHMI sebagai modal untuk menggerakkan organisasi, mulai Majelis Daerah, Majelis Wilayah, dan Majelis Nasional. Korporasi juga bertekad akan memberikan keuntungan bisnis berjemaah ini kepada mata air KAHMI, yakni HMI kita yang tercinta.
Revolusi Kebudayaan
Langkah ini bisa dikatakan sebagai revolusi kebudayaan dari ketergantungan belanja pada orang lain, orang asing, orang aseng kepada warung kita sendiri. Oleh karena itu, sejak sekarang, kita semua harus merevolusi diri dengan kesadaran penuh bahwa untuk bangkit, kita harus melawan keadaan yang buruk, yang melemahkan kita secara sistematis. Kita harus sadar bahwa perubahan harus dimulai dari diri kita sendiri. Kita harus mengubah proposal minta-minta menjadi proposal kerja sama bisnis. Kita harus mengubah total tradisi meminta-minta menjadi tradisi mandiri. Kita harus mengubah mental-mental menjilat kepada penjajah menjadi mental berdikari dan mandiri.
Kita juga mesti mengubah mental penerima menjadi mental pemberi. Semua itu akan sangat mudah, enteng, ringan ketika kita bersama-sama tertawa bahagia untuk bersatu padu menikmati kemenangan, menikmati kemerdekaan, menikmati uang jerih payah, uang yang halal, uang yang tayib, dan penuh rida dari Allah Swt.
Marketplace One Kader One Product
K-Pay sebagai rintisan bisnis digital secara bertahap, terencana, dan berkesinambungan akan bergerak menjadi marketplace kebutuhan umat dan bangsa, utamanya keluarga besar HMI. Setiap kader harus memiliki minimal satu produk barang dan jasa untuk diperdagangkan di Marketplace K-Pay. Jika ini terjadi, maka K-Pay akan menjadi pusat transaksi bisnis yang luar biasa besar. Semua produk dan jasa dapat kita tawarkan dalam K-Pay. Pada gilirannya, keluarga besar KAHMI akan menjadi kelas menengah yang kuat dan peduli kepada bangsa dan negara.
KAHMI sebagai organisasi kaum intelektual memiliki potensi besar untuk menggerakkan ekonomi masyarakat secara luas. Kita tidak bisa lagi memprotes keadaan yang tidak menguntungkan kita tanpa ada upaya yang dirancang secara strategis, dijalankan secara taktis dan dinamis, serta diniatkan untuk mengabdi kepada Allah sebagai sumber utama kehidupan. Spirit “Yakin Usaha Sampai” tidak cukup hanya dijadikan pekik-pekik merdeka para kadernya, tetapi harus masuk dalam skema manajemen yang terukur dan terencana.
Pasar yang Terus Membesar
KAHMI dan keluarga besarnya adalah pasar yang sangat besar. Pasar kita akan terus membesar seiiring dengan meningkatnya kinerja kaderisasi HMI di seluruh Indonesia. Hanya saja kita tidak sadar bahwa itu uang besar yang kita sia-siakan. Kita lebih tertarik pada kursi-kursi reyot kekuasaan, sedangkan lumbung padi dan peti-peti emas, nikel, dan logam-logam berharga negeri ini kita kasihkan kepada orang lain. Apa namanya kalau sikap itu bukan sebuah kobodohan? Coba cari kata lain yang lebih tepat dari kebodohan atau ketololan. Kedunguan barangkali sepupu dari kebodohan itu.
Pasar kita adalah ladang kita bersama. Kita akan menjadi segmentasi market yang berkelas: sarjana, melek ilmu pengetahuan dan teknologi, religius, dan memiliki kelas ekonomi yang mapan. Sebagian di antaranya adalah policy maker, perumus undang-undang, penegak hukum, lawyer, birokrat, notaris, akuntan publik, pengusaha, profesor bergelar doktor, magister, dan stok sarjana yang melimpah. Lalu, nikmat Tuhan yang manakah yang engkau dustakan, wahai kader HMI?