Oleh Muchsin, Alumnus HMI Cabang Ciputat dan Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta Pengurus Indonesia Care
Yang menarik dari komunitas alumni HMI, sebagai wadah kaum intelektual, tidak bisa membiarkan secuil stimulant niscaya akan dieksplorasi. Dibetot dan dibentang ke semua arah hingga maksimal. Begitu pula dengan diskursus pra-Munas KAHMI ini.
Apakah K-Tong? Ini dimaksudkan sebuah istilah, lengkapnya “KAHMI Kelontong”, kumpulan komunitas toko kelontong. Ide ini terlintas di sela perbincangan tentang UMKM. K-Tong adalah toko kelontong masa kini, yang tergabung dalam program kemitraan Indonesia Care, dan bertujuan untuk meningkatkan daya saing UMKM toko kelontong melalui pendampingan usaha yang berkelanjutan dan kekinian berbasis digital.
Toko Kelontong Digital
Toko ini akan dilengkapi dengan ekosistem digital K-Pay, memberikan kemudahan bagi pemilik toko kelontong (K-Tong) untuk bersaing pada era transformasi digital serta memberikan pengalaman berbelanja yang lebih menyenangkan bagi jemaah dan pelanggan K-Tong.
Kenapa berbelanja di K-Tong? K-Tong hadir di tengah-tengah masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. K-Tong memberikan harga yang bersaing dan terjangkau serta memberikan keuntungan lebih bagi pembeli dan toko kelontong. Keunggulan lainnya, layanan di K-Tong memberikan pelayanan yang ramah dan kekeluargaan akan menjadi sahabat jemaah dan pelanggan dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
Sesuai tuntutan pasar, K-Tong berupaya menyedikan kebutuhan konsumen selengkap mungkin. Produk yang disiapkan selain lengkap, tentu saja berkelanjutan. Pelayanan yang baik menjamin kepuasan jemaah dan pelanggan. Selain melayani kebutuhan digital masyarakat, K-Tong dapat memenuhi pembelian token listrik, pulsa, air, dan lain-lain. K-Tong akan tetap mempertahankan produk lokal dari UMKM sekitar dengan memberikan space khusus produk UMKM.
Digital Friendly
K-Tong menjadi inisiasi KAHMI sebagai komitmen ikhtiar memberdayakan ekonomi umat. Sebagai rintisan, ada penyerapan produk UMKM setempat di satu sisi (ini menuntut pendampingan usaha produksi komoditas UMKM lokal) dan di sisi lain juga memastikan kelancaran platform digital (K-Payment) simultan dengan edukasi pengetahuan teknis teknologi informatika.
Menjadi menantang ketika platform K-Payment menjadi hub aktivitas masyarakat-produsen. Dengan piranti handphone-nya, jutaan alumni HMI bisa didorong menggerakkan ekonomi, dimulai dari Palu unuk Indonesia dan dunia.
Terbayang betapa luas jangkauan K-Payment ini, di mana ada alumni di situ dia bisa memanfaatkan K-Payment; di mana alumni berada dia pun bisa melakukan transaksi. Digitalisasi perlu inisiatif bertransaksi (di mana pun); digitalisasi perlu komoditas untuk diperjualbelikan; selebihnya diturunkan pada sejumlah kesepakatan. Yakin usaha sampai.