Kahminasional.com, Bangka – Sebanyak 1.200 santri/santriwati dan guru Pondok Modern Daarul Abror (PMDA) Kabupaten Bangka, Bangka Belitung (Babel), mengikuti seminar literasi pada Sabtu (12/3).
Kegiatan ini langsung didampingi Pimpinan PMDA Bangka, KH Sofyan Abu Yamin, Ustaz Syamsudin Zakaria, dan Ustaz Ahmad Yani Azhari, serta pembantu urusan eksternal pondok dan CEO Institut Studi Strategi Indonesia (ISSID), Marbawi.
Dalam keterangan tertulis pada Senin (14/3), Marbawi menyatakan, perencanaan literasi secara terstruktur diawali dengan seminar “Tantangan Pesantren di Abad 21” dan disampaikannya pada awal Januari 2022.
“[Seminar literasi] ini adalah kick-off dari semua agenda seminar dan pelatihan, yang akan memetakan dan memaksimalkan talenta santri selama mondok dan juga embrio Lembaga Manajemen Talenta Daarul Abror (Abror Talent Center) ke depan,” katanya.
Dalam arahannya, KH Sofyan Abu Yamin berharap, prakarsa ini terimplementasi dengan baik ke depannya. “Dan menjadi contoh bagi pesantren lainnya.”
Pengasuh dan Direktur TMI Pondok Modern Daarul Abror, Ustaz Ahmad Yani, menambahkan, menggunakan media sosial (medsos) seperti mengendarai kendaraan bermotor. Harus cukup usia, paham aturan, tahu lokasi yang dituju, dan tak tergesa-gesa, misalnya, sehingga tidak terjadi kecelakaan.
“Di gerbang Pondok Modern Daarul Abror ada tulisan, ‘Ke Daarul Abror, Apa Yang Kamu Cari?’ Di internet juga demikian. Kejelasan tujuan hidup, cita-cita sangat menentukan aktivitas apa yang akan dilakukan para santri di internet,” tuturnya.
Seminar literasi PMDA Bangka juga menghadirkan dua narasumber nasional, CEO Renebook dan Turos Pustaka, Luqman Hakim Arifin, serta pengamat medsos dan CEO Komunikonten, Hariqo Satria.
Dalam presentasinya, Luqman menekankan pentingnya kesadaran literasi sejak dini di kalangan santri. Salah satu caranya adalah menciptakan habit membaca dan menulis yang terencana.
Dirinya pun menyarankan para santri agar paham pentingnya ilmu dalam hidup serta menyiapkan zona membaca dan menetapkan waktu membaca.
“Kemampuan literasi adalah kunci ilmu pengetahuan untuk meningkatkan dan memajukan diri sendiri maupun orang lain,” jelasnya.
Sementara itu, Hariqo mengapresiasi langkah PMDA Bangka karena telah menerapkan pembatasan usia santri yang boleh menggunakan medsos.
Pangkalnya, itu selaras dengan salah satu usul di dalam RUU Perlindungan Data Pribadi, yakni anak usia di bawah 17 tahun belum boleh memiliki akun medsos dan menggunakannya.
“Saya mengisi materi literasi digital di banyak tempat, bedanya di Pondok Modern Daarul Abror Bangka ini literasi sudah menjadi gerakan sistematik, bukan lagi sekadar kegiatan,” ujarnya.