Kahminasional.com, Semarang – Ketua Komite I DPD RI, Fachrul Razi, menyatakan, demokrasi seperti pisau bermata dua. Ia bermanfaat sekaligus mudarat. Itu tergantung siapa yang memegangnya.
Pernyataan ini disampaikannya dalam seminar nasional bertema “Organisasi Mahasiswa sebagai Pilar Kolaboratif, Dialektis, dan Adaptif dalam Mewujudkan Civitas Academica yang Unggul” di kampus FISIP UIN Walisongo, Semarang, pada Rabu (2/3).
“Demokrasi pada dasarnya merupakan sistem yang bagus karena dapat mengakomodir masukan dari berbagai pihak dalam upaya mewujudkan kemajuan bangsa,” ucapnya dalam keterangan tertulis.
“Namun, di sisi lain, demokrasi ibarat pisau yang bisa digunakan untuk memotong kue atau membunuh manusia. Semua itu tergantung siapa yang menguasai pisau tersebut,” imbuhnya.
Lebih lanjut, fungsionaris Majelis Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (MN KAHMI) ini menjelaskan, terdapat beberapa tantangan pelaksanaan demokrasi di Indonesia.
“Oligarki politik, dinasiti politik, mahar politik, patriartki politik, abuse of power, dan character assassination, merupakan beberapa tantangan demokrasi Indonesia yang harus dilawan,” tuturnya.
Fachrul menambahkan, demokrasi masih di anggap sebagai sistem politik yang maju. Namun, masih banyak celah dalam praktiknya, termasuk di Indonesia.
Lebih jauh, senator asal Aceh ini mengingatkan, mahasiswa memiliki peran penting dalam menjaga arah demokrasi di Indonesia agar berjalan dengan baik.
“Mahasiswa sebagai generasi muda yang melek terhadap teknologi, yang tidak mudah untuk dimobilisasi, dan mempunyai sifat yang idealis, memiliki peran penting untuk ikut berpartisipasi mengawasi dan bersuara lantang menolak praktik-praktik yang dapat menggerus demokrasi Indonesia,” urainya.
Dirinya pun mengajak mahasiswa tak hanya menjadi penonton dalam politik. Namun, harus menjadi pemimpin.
“Sebagai generasi muda, mahasiswa harus menjadi leader, jangan hanya sebagai follower atau watcher politik semata,” tutup Fachrul.