Kahminasional.com, Jakarta – Menteri Investasi/Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia, mengajak mahasiswa Universitas Insan Cita Indonesia (UICI) menjadi insan pencipta.
Pernyataan itu disampaikan saat mengisi kuliah umum perdana semester genap UICI secara daring dari Jakarta, Selasa (1/3).
Bahlil mendorong demikian karena tak banyak lulusan perguruan tinggi yang fokus pada dunia usaha dan inovasi. Ini sesuai hasil riset Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI)-Universitas Indonesia (UI).
Dalam riset itu, ungkap mantan aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) ini, mayoritas mahasiswa ingin menjadi karyawan. Hanya sedikit yang berminat terjun ke dunia usaha dan inovasi.
Padahal, terangnya, indikator negara maju adalah minimal memiliki 14% pengusaha dari total jumlah penduduk. Di sisi lain, kemudahan perizinan dan digitalisasi menjadi kesempatan bagi mahasiswa untuk mandiri.
“Jangan berharap lulus kuliah jadi PNS, karyawan, misalnya. Kita dengan potensi dan jejaring yang kita miliki harus lebih dari itu,” kata Bahlil menyemangati mahasiswa UICI dari dua angkatan.
Mantan Ketua Umum BPP HIPMI ini mengingatkan, di dunia hanya ada dua yang bertitel “maha”, Tuhan dan mahasiswa. “Kalau sudah maha, maka berpikir dan bertindaklah di luar kapabilitas seorang siswa.”
Lebih jauh, Bahlil meminta para mahasiswa tak berkecil hati berkuliah di UICI, yang masih baru. Dicontohkannya dengan pengalamannya kulih di kampus kecil di Papua.
“Menurut saya, UICI ini pilihan yang paling tepat. Meskipun ia masih baru, fasilitasnya belum lengkap, tapi UICI memiliki jejaring yang sangat kuat,” jelasnya dalam keterangan tertulis.
UICI adalah kampus baru yang izin pendiriannya dari Kemendikbudristek pada 30 Desember 2020. Kemudian, diumumkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 15 Januari 2021.
“Meskipun UICI ini kampus baru, kami sudah meraih beberapa pencapaian dan menjalin kerja sama dengan banyak Lembaga dan perusahaan,” ucap Rektor UICI, Laode Kamaluddin.
Dirinya menambahkan, UICI dikembangkan seperti harapan Presiden Jokowi, fokus penanganan 9 juta talenta digital dan digital leadership. Jumlah ini kebutuhan negara untuk menyambut Indonesia emas 2045.