Kahminasional.com, Batam – Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) akan meluncurkan KAHMIPay, aplikasi financial technology (fintech) yang dikelola organisasi melalui PT Insan Cita Sejahtera Mandiri.
Peluncurannya dijadwalkan berlangsung di sela-sela Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) IV KAHMI di Kota Batam, Kepulauan Riau (Kepri), pada Sabtu (26/2) malam.
Bendahara Umum MN KAHMI, Achmad Nasir Biasane, menyatakan, langkah ini dilakukan sebagai bentuk KAHMI adaptif terhadap perkembangan zaman, khususnya teknologi informasi.
“Dalam menjawab persoalan-persoalan teknologi informasi, maka KAHMI juga akan mengubah ‘industri proposal’ menjadi berbasis teknologi,” ujarnya kepada Kahminasional.com, baru-baru ini.
Nasir menambahkan, langkah ini juga sebagai jawaban dalam merespons saran Menteri ATR/Kepala BPN, Sofyan Djalil, dan Menteri Investasi/Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia, yang disampaikan di dalam Rakornas IV KAHMI.
“Kita sepakat dengan yang disampaikan Adinda Bahlil dan Menteri Agraria, bahwa kita tidak akan melakukan ‘industri proposal’ dan soal perubahan sistem pengaderan ke arah ekonomi korporat,” pungkasnya.
Sebelumnya, Menteri ATR/Kepala BPN, Sofyan Djalil, mengajak KAHMI mengubah pendekatannya dalam kaderisasi dengan tidak lagi menggunakan pendekatan ideologi, tetapi berupaya melahirkan kader-kader berjiwa pengusaha sehingga mau berkecimpung di bidang ekonomi dan bisnis.
Dirinya mendorong demikian lantaran sudah terlalu banyak kader HMI yang besar di dunia politik, pemerintah, bahkan menjadi akademisi. Namun, masih minim yang berkecimpung menjadi pengusaha dan mendirikan korporasi besar.
“HMI dalam banyak hal telah mencapai misinya dan banyak hal yang kita banggakan, misalnya di DPR, di mana-mana kalau kita lihat [juga] banyak tokoh-tokoh background HMI di pemerintah, di universitas,” terangnya dalam pembukaan Rakornas IV KAHMI, Jumat (25/2) malam.
“Tapi, aspek satu lagi, bagaimana menyiapkan profesional di dunia usaha. Jadi, entrepreneur muda di HMI harus kita dorong,” tambahnya.
Menurutnya, ada sebagian kader HMI yang terjun sebagai pengusaha. Namun, sifatnya hanya sementara karena tujuannya hanya mencari modal untuk selanjutnya masuk ke dunia politik. Dia menyebutnya dengan entrepreneur aktivis.
“Entrepreneur aktivis ini adalah kontemporer, sementara karena background-nya mau masuk dulu [untuk] cari uang dulu buat masuk politik. Menurut saya, ini tidak mungkin akan bisa membangun korporasi besar kalau tidak ada yang fokus,” bebernya.
Pesan senada disampaikan Menteri Investasi/Kepala BPM, Bahlil Lahadalia, dalam dialog nasional bertema “Kebijakan, Program, dan Strategi Pengembangan Investasi Nasional”, pagi tadi.
Dalam dialog yang diikuti para kader dan pengurus KAHMI se-Indonesia itu, Bahlil mengatakan, Indonesia sangat diuntungkan dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya. Namun, kesadaran masyarakat atas apa yang dimiliki, khusus kekayaan sumber daya alam (SDA), belum terbangun.
“Kekayaan sumber daya alam Indonesia dari zaman VOC sampai sekarang sama. Tapi, yang kita kejar cepat dapat duit dan kita di dunia ini tidak ada yang ‘menyaksikan’ kekayaan alam kita,” ungkapnya.
Imbasnya, Indonesia hanya menjual barang mentah. Padahal, akan bernilai tinggi jika mampu diolah sebelumnya.
Karenanya, Bahlil menerangkan, pemerintah dalam beberapa tahun terakhir mulai melarang ekspor kekayaan alam dalam bentuk mentah. Apalagi, nikel, yang menjadi bahan baku pembuatan baterai untuk kendaraan listrik, di Indonesia melimpah.
“Tuhan kasih kita nikel. Di dunia sekarang investasi yang inklusif membangun green energy. Ini dimulai dari otomotif. Di Eropa pada 2030, [sedikitnya] 70% mobil mereka masuk mobil listrik. Di Amerika, Timur Tengah, Asia pun sama,” urainya.
“Mobil listrik itu komponennya 40% adalah baterai, 60% rangka/bodi. Baterai ini dari nikel, mangan, litium, dan kobalt. Kita enggak punya litium, harus ambil dari Australia,” tambahnya.
Menurut Bahlil, ini adalah kesempatan bagi Indonesia, termasuk kader-kader HMI. Namun, harus fokus membangun bisnis.
“Kalau kalian mau main, tolong fokus karena kita tidak bisa bedakan proposal untuk kegiatan dan proposal bisnis. Saya pernah jadi pengurus dan mulai bisnis bukan langsung besar, tapi dimulai dari yang kecil bahkan omzet 60 juta juga pernah. Bisa survive karena fokus,” tegasnya.
Bahlil mengatakan, Kementerian Investasi/BKPM selalu terbuka bagi siapa pun yang ingin serius berbisnis.
“Saya buka diri, silakan ketemu, yang penting serius karena yang [sebelumnya] ketemu saya kerjanya hanya olah-olah saja,” tandasnya.