Kahminasional.com, Jakarta – Ketua Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Kopti) Jakarta Pusat, Khairun, mengatakan, pengrajin tahu tempe di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) akan melakukan aksi mogok produksi selama tiga hari.
Untuk mendukung aksi itu, ratusan pengrajin tahu tempe di Jakarta Pusat siap menghentikan produksi sementara selama tiga hari ke depan. Mogok produksi dilakukan mulai Senin hingga Rabu (21-23/2022) karena harga kedelai impor sebagai bahan baku masih tinggi.
“Semua produsen di Jabodetabek udah tutup. Kalau tidak ditutup akan di’sweeping’ oleh teman-teman kita juga,” kata Khairun, dikutip dari Antaranews.com
Khairun menjelaskan, aksi ini terpaksa dilakukan agar Pemerintah memperhatikan nasib produsen tahu dan tempe. Kementerian Perdagangan diharapkan dapat mengintervensi atas tingginya harga kedelai impor yang saat ini mencapai Rp12.000 per kg di tingkat pengrajin.
Padahal, harga kedelai impor normalnya berkisar Rp9.500 sampai Rp10.00 per kg.
“Kalau dijual dengan harga biasa, kami tidak dapat untung bahkan rugi. Kami ingin agar pemerintah mendengar, konsumen juga mengetahui bahwa tahu tempe mahal karena bahan bakunya sudah naik,” kata dia.
Sementara itu, salah satu pngerajin tahu tempe di Kampung Rawa, Johar Baru, Jakarta Pusat, Ahmad Abdullah, mengaku, aksi mogok produksi dilakukan karena sebagian besar konsumen keberatan kalau harga tempe dijual menjadi dua kali lipat.
“Harga kacangnya melambung tinggi, harga jualnya juga tinggi, jadi susah. Orang-orang pada kaget beli tempe Rp 5 ribu sekarang Rp8 ribu terus Rp 10 ribu, terpaksa berhenti dulu lah,” kata dia.
Abdullah berharap, agar harga kacang kedelai bisa kembali stabil, sehingga mogok produksi tidak akan berlangsung lebih lama, dan konsumen mendapatkan harga tahu tempe yang wajar.