in

Memaknai Yakusa Golf Club

Oleh: Komaruddin Hidayat, Penulis Buku Spiritual Side of Golf

Sepengetahuanku, tak ada klub pemain golf yg anggotanya begitu banyak dan suasananya cair, intim, kecuali Paguyuban Golf Insan Cita (PGIC) dan Yakusa Golf Club (YGC). Yang kedua ini sebelumnya bernama KAHMI Golf Club. Klub ini kesemuanya jadi ajang silaturahmi alumni HMI. Rasanya tak ada alumni ormas mahasiswa lain yg rajin bertemu dan bercanda-ria di lapangan golf kecuali komunitas KAHMI.
Lalu, bagaimana memaknai fenomena ini? Satu, secara ekonomi berarti mereka tergolong bagus, mapan. Alhamdulillah. Mengingat permainan golf memerlukan beaya mahal. Termasuk mobil pribadi. Tak ada orang datang ke lapangan golf naik ojeg atau bus.
Dua, semangat dan identitas HMI masih tetap hidup, terjaga, terlepas perbedaan professi mereka serta afiliasi politiknya. Dg kata lain, golf KAHMI bisa jadi ajang dialog dan silaturahmi sesama alumni.
Tiga, dalam komunitas golfer ini bertemu alumni lintas perguruan tinggi, lintas prodi, dan lintas daerah, sehingga mencerminkan karakter keindonesiaannya.
Empat, di lapangan golf suasana sangat cair, bisa saling berbagi pemikiran dan pengalaman apa saja. Sikap golfer yg terbuka rasanya tak ada tanda2 mereka termasuk kelompok radikalis-ekstrimis.
Lima, berlaku nasehat klasik. Di lapangan golf semua topeng akan lepas. Seseorang akan terbuka karakternya di lapangan golf. Hal ini memperkokoh ta’aruf antar sesama anggota, meneruskan kultur HMI yg memang inklusif dan biasa berdiskusi tanpa hard feeling.
Enam, komunitas golfer KAHMI juga jadi medium belajar karena HMI mengajarkan jadi life-long-learner. Pembelajar seumur hidup.
Tujuh, mungkin sekali, forum golf jadi pintu pembuka promosi dan rejeki. Sesama alumni tidak boleh saling tabrak dan jegal, tapi hendaknya saling melapangkan jalan dan mempromosikan.
DIRGAHAYU HMI 75 THN.

Baca Juga :  Reformulasi dan Reorientasi Gerakan Kader HMI

Sumber :